Palembang - Dalam sebuah upaya ambisius untuk mencatatkan namanya di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menggelar event minum kopi serentak di pinggir sungai dengan peserta terbanyak. Namun, alih-alih menciptakan momen bersejarah yang memuaskan, acara ini justru menuai banyak kritik dan kekecewaan.
Ribuan cup kopi yang disuguhkan dalam acara ini dianggap asal-asalan oleh banyak penikmat kopi. Beberapa peserta bahkan mengeluhkan kualitas kopi yang jauh dari harapan. Mawar, seorang penggemar kopi yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan rasa kecewanya saat diwawancarai. "Kopi itu seharusnya manis walaupun rasa kopi yang sebenarnya itu pahit. Dan, waktu saya minum rasanya tidak enak, buktinya tadi saya muntahkan," ujarnya dengan nada kesal.
Mawar menambahkan bahwa kopi yang disuguhkan seharusnya sedikit diberi gula dan disajikan dalam kondisi panas atau hangat. "Kalau dingin ya airnya harus dingin sekalian," tegasnya. Pernyataannya mencerminkan ketidakpuasan yang dirasakan oleh banyak peserta lainnya.
Situasi semakin memanas ketika salah satu pengurus KADIN yang juga menjadi panitia acara dimintai keterangan. Bukannya memberikan penjelasan, ia malah menyarankan untuk langsung menghubungi Ketua KADIN Provinsi Sumsel. "Saya tidak mempunyai wewenang memberikan statement kepada awak media," katanya singkat.
Ketidakjelasan informasi ini memicu frustrasi di kalangan media yang mencoba mendapatkan klarifikasi lebih lanjut. Beberapa awak media mendatangi Kantor KADIN Provinsi Sumsel yang berada di Jalan Radial, Komplek Ruko Ilir Barat Permai. Namun, hasilnya sama, mereka tidak mendapatkan jawaban dari Ketua maupun pengurus KADIN Provinsi Sumsel karena di kantor tersebut hanya ada satu orang penjaga.
Kegagalan dalam penyelenggaraan acara ini bukan hanya soal rasa kopi yang mengecewakan, tetapi juga manajemen komunikasi yang buruk. Ketidakmampuan pihak KADIN untuk memberikan penjelasan resmi memperburuk citra mereka di mata publik. Padahal, event seperti ini seharusnya menjadi ajang promosi dan pembuktian kualitas produk lokal.
Beberapa peserta mengeluhkan bahwa kopi yang disajikan terasa hambar dan tidak sesuai dengan ekspektasi mereka. "Saya berharap bisa menikmati kopi Sumsel yang terkenal, tapi yang ada malah rasa kopi yang aneh dan tidak bisa dinikmati," kata seorang peserta lainnya.
Kekecewaan ini tidak hanya dirasakan oleh para peserta, tetapi juga oleh penikmat kopi yang mengikuti acara ini dari jauh. Banyak yang berharap acara serupa di masa depan dapat dikelola dengan lebih baik, baik dari segi kualitas kopi maupun transparansi informasi.
Acara ini yang seharusnya menjadi momen kebanggaan justru berubah menjadi sorotan negatif. Harapan untuk mencatatkan rekor MURI pun tampaknya tenggelam dalam ketidakpuasan dan kritik tajam dari berbagai pihak. Bagaimanapun, KADIN Sumsel harus belajar dari kesalahan ini dan berusaha lebih baik di masa depan.